7:26

Ingin aku kecup satu persatu namun tak sempat; tulisan-tulisan dari percakapan kita yang telah lalu.

Lalu ada jeda yang tabu. Ada diam yang beku.

Kau mendingin, aku menggigil.

Sungguh sepakat rasanya jika rindu kau campur dengan sesak. Terpesonanya aku pada sekarat.

Lantas aku mulai menghitung mundur detak-detak namamu yang masih bernyawa di sebuah tempat. Tempat paling rahasia; hanya aku dan Tuhan yang tahu.

Kalau begini caramu menghilangkan jejak dengan sengaja, tak mengapa. Tapi biarkan sajak-sajakku menghapus ceritamu.

Mengingat bagaimana caraku pertama kali jatuh cinta,

Mengingat bagaimana caraku marah, cemburu dan tertawa lepas bersamamu.

Lalu saat ruang tak lagi terisi olehmu.

Aku biarkan doa-doaku merawat luka dan menjagamu di sana agar baik-baik saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudihkah berteman (?)

Kamu yang tak bersemayam