Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Bimbang ketiga

Terhenti di persimpangan, bimbang akan kemana jejakku selanjutnya membekas. Hidup itu, selalu ada pilihan yang menjadi petunjuk utama dalam sandiwara ini. Didalam pilihan pun selalu ada tanda isyarat bahkan penjelasan yang panjang mengenai pilihan itu sendiri. Terkadang, ada yang mampu terlihat dan terbaca dengan sangat jelas oleh mata. Terdengar sangat indah di telinga dan terpahami dengan seksama oleh akal dan pikiran...Tapi, terkadang kesemua itu tak mampu bekerja dengan maksimal ketika ego memainkan pilihan itu.   Gunakan hatimu...singkap dia hingga tanpa sehelai pun tirai yang menutupi, agar menjadi nahkoda dalam bimbangmu menentukan pilihan. Banyak hal pemicu bimbang atau ragu. Menghinggapi saat tiada kesanggupan menentukan arah...tak ada kematangan, tak ada kemantapan...atau pun ketidakikhlasan terhadap sesuatu...cinta... serta emosi sesaat. Dan, bimbang itu pula terkadang datang dari ketidakmengertian apa sebenarnya yang kita inginkan...ketidaktahuan, iya atau tidak....atau mal

Bimbang kedua

Tak dapat ku mengerti Akan semua sikapmu Kadang buatku ragu Tak dapat ku tebak hatimu Katakan kau sayang Bila itu yang kau rasa Jangan buatku salah Bersikap padamu Katakan bila kau tak sayang Bila itu yang kau rasa Jangan buatku bermimpi Dengan sikap dan perhatianmu Ragu... Buatku menghindar Ragu... Buatku jauh darimu 

Bimbang

Di sebidang dada: nafas terhela Menyesak; tanpa jeda Dalam gulita Hanyut pada sebuah nama Di dalam sepi, ia memaksa pergi Di dalam ramai, ia memaksa tinggal Namun kerapuhan hati; urungkan niat kedua pilihan Kisah ini sudah lama basi Jalan menyimpang, tidak ada komunikasi, membuat hati bimbang  Cinta dan dusta merengkuh dengan seimbang Hati yang linglung harus menimbang Memilah pilihan yang akan dipinang 

Seharusnya ini cinta

Bersama dan merasa sendiri Entah bagaimana jadi begini Aku hanyalah aku... Yang tak bisa selain jadi aku Entah apa isi hatimu... Berusaha pedulipun tak penting buatmu Entah apa artiku buatmu Entah ada atau tidak dihatimu Aku lelah... Aku ingin mencintai dengan caraku Menjalani hidup selamanya bersamamu Dengan semestinya, seikhlasnya Namun apa daya Kamu menghempaskan seluruh rasaku Cinta bukan paksa, bukan pura-pura Semua yang baik dan tak baik Yang dihati, dirasa, dikepala, dimata Dan yang ada di kata-kata Aku ingin mencintai apa adanya Berharap kau juga sama Biar kita apa adanya Atau tak perlu ada apa-apa 

Badai

Badai yang sangat besar itu menghampiri tanpa ku panggil sama sekali.. Asaku menjadi luluh lantak.. Ketika ku melihat kamu menjadi marah.. Pun pondasi cintaku menjadi runtuh hanya dalam sekejap saja.. Hanya menyisakan puing penyesalan yang sungguh amat dalam.. Wahai baiduriku.. Dengarlah lirih harapan yang ada dari sisa keyakinanku.. Yang ku inginkan hanya cinta kita layaknya karang yang kuat.. Jadi, biarkan rindu ini semakin terkikis.. Namun jangan biarkan harapan ini menipis 

Menyelesaikan apa yang sudah di mulai

Saya diam bukan berarti saya buta Saya diam bukan berarti saya tidak bisa berbicara Saya diam karna di dalam hati, saya sedang memanjatkan sebuah doa  " Mudah-mudahan kamu tetap hidup jika bukan bersama saya. Dan untuk saya, tetap mencintai kamu ".  Jadi, biarkan rasa dan asa ini saya simpan untuk sendiri Saya tidak butuh belas kasih. Tidak apa-apa saya sudah terbiasa dengan luka. Saya tidak akan membalas dengan apapun. Biarkan saya terhujam belati ratusan kali Biarkan saya menjadi sosok yang menyendiri Tak perlu menoleh kembali Sebab kamu sudah saya anggap mati Saat itu, saya berterimakasih sekali Saya menjadi tau bahwa saya begitu mencintaimu hingga hari ini. 

Tanpa disadari aku hanya seekor sapi

Hari itu segalanya menjadi berubah Diperah layaknya seekor sapi Diperkerjakan bagaikan tahanan tanpa belas kasih Ketika apa yang dimaksudkan tidak selaras Dan disitulah aku mulai merasakan Merasa bahwa aku bukan yang terbaik untuk kalian Bila membalikkan waktu kembali Dimana 10 tahun silam aku masih bisa merasakan kehadiran kalian Bahkan, 5 tahun lalu pun aku menjadi sosok yang di dengar, di utamakan, di prioritaskan Hingga, rasanya raga ini layaknya tak bertuan Sebab beranjak dewasa, mereka seperti menghilang 

Kau begitu brengsek

Ayah, sejatinya kau harus kukagumi.. Sudah sepatutnya bila kau aku idolakan.. Namun mengapa malah kau hujani kami dengan amarah serta tamparan Bahkan kau pun rampas senyum hingga menjadi tangisan.. Ayah,  harusnya kau menjadi imam dalam rumah tangga ini.. Namun, mengapa harus hanya membuat kami menjadi tak berdaya Dengan semua keegoisanmu Sikap temperamentalmu Engkau bukan yang aku idolakan