Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

Menu pagiku, kamu

Sedikit ku iris tomat tipis tipis, ku kupas perlahan beef dengan perasaan, agar tak tersakiti hatinya, agar tetap terjaga cintanya. Ku timang-timang lada dan merica, sejauh mana kita bisa bertahan dari derita. Ini masakan kita, ini adalah bagian dari perjalanan kita berdua yang sudah berada dalam satu atap dalam bidang kecil berukuran 6 meter x 3,5 meter tepatnya. Tumis bawang hingga menangis, aroma magis dari rasa rindu yang sering berkecamuk. Masukan sedikit rasa pedas sebagai penghangat rasa jenuh yang hendak membunuh, mungkin sedikit garam di taburkan, agar tak hambar kemesraan yang membakar, walau manisnya gula kalah dengan guyonan kecilmu.  Pagi ini kita meracik bumbu di pelataran dapur nan minimalist, campurkan segala kenangan agar sedap ingatan. Potongan selada mungkin bisa menetralkan suasana, ketika salah sedikit kata sering memicu amarah. Aku mengagumimu, aku menyangimu, seperti lezatnya rasa yang tercipta dari masakan yang sederhana namun sungguh enak. Ini hidangan kita pag

Kembali, merindu

Aku menyerahkan diri pada waktu Dan tak mengapa untuk menua Room chat dan story mu temani malam ku yang temaram Beruntung ada aspirin untuk meredakan setiap duka Iringan musik merdu Lembut seperti membelai gendang telingaku menyerahkan diri Saat itu tak kudengar suara apapun yang lebih menarik Rasa nya mendayu-dayu Waktu seperti terhenti dan bumi tak lagi berotasi Bukan hanya mengenai suaranya, Tapi apa yang dibawa oleh ia keluar menuju singgasana Seorang ratu yang akan membuat aku terpana Berada dalam dekapan sanubari yang terhimpun, Kita merindu dalam beberapa hari Andaikan rangkulan tangan memeluk pinggang Ia menjadi amunisi Meyakinkan.. " Dunia masih indah dengan, hadir nya kamu di bumi ini " Dengarkah kau? Aku melafalkan jutaan kalimat itu Merindu hamparan ladang gersang Dalam sakit aku bisa merasakan pelangi Sepertinya kini, ia datang kembali mengetuk pintu hati yang koyak Melengkung indah membuat iri matahari Aku sentuh rindu itu Untuk selamanya kembali dalam dekapku 

Terpujilah dewa kematian

Tak ingin hati berkata diam Biarkan kematian terpisahkan raga Karena kematian hanyalah kehendak Sang Kuasa Maka Sang Esa yang mengatur semuanya Aku inginkan hanya dunia berjalan bagai biasa Ada kematian ada kehidupan maka terbiasalah Hanya surga dan neraka salah satu tempatnya Tapi itu akan terjadi maka jadi terbiasalah Ku mendongak arah pada dewa kematian Kematian dalam gelap sang kala Mengubah derajat kemiringan Bumi dalam bidang datar Maka biarkan terjadilah Bahwa kematian itu ada Ia ada Beristirahat dalam singgasana