Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Januari itu, Kita

Kamu lahir di dunia pada bulan satu Aku lahir di dunia pun pada bulan satu Tanggal yang sama, cuma berbeda hari Yep, sembilan belas januari Kata orang januari itu adalah permulaan yang baik Lembaran baru, dibuka pada bulan januari Tak kusangka menemuimu pada waktu yang tak terduga Sungguh lucu bukan Dan kata orang januari, bulan yang penuh harapan Dengan harapan aku dan kamu akan menjadi kita Berharap kamu adalah akhir; akhir yang selalu dimimpikan banyak orang Tapi siapa sangka kisah ini masih panjang kisah yang akan berakhir bahagia atau malah menyedihkan Entah Tuhan akan menuntun kita kemana akankah Tuhan membiarkan kita bahagia? atau malah sebaliknya?  Tuhan akan membiarkan kita sedih sampai akhirnya kita saling menguatkan dan menjadikannya indah Mengenai Januari Kita punya persepsi yang berbeda Kita niatkan demi tujuan Biarkan kita menentukan apa yang kita capai Hingga kita tau kalau januari, merupakan awal yang sempurna Dan kita bahagia tanpa kepalsuan

Lagi-lagi definisi cinta

Cinta itu sederhana Yang rumit itu kamu Mencintai itu mudah Mendapatkannya itu yang sulit Menjalin hubungan itu mudah Memepertahankan nya lah yang sulit Berbagai halangan dan tantangan Silih berganti tanpa pemberitahuan Jika diri ini tak ingin  Tiada mungkin diri ini memulai Diri ini tak akan menyerah Apalagi berhenti di tengah tengah Namun hati ini sudah lelah dengan harapan Perasaan tak bisa dipaksakan Kesetiaan adalah harga mati Melanjutkan hanya akan menyakiti

Bermimpi dan jangan menghampiri

Wahai Anastasia tanpa mona Yang hadir pada gelapnya malam Membuat hati ini kian merana Meski mata telah terpejam Setiap gorensan senyum mu Mengusir bosan nan jemu Kata kata mengalir halus Tanpa tahu akan putus Parasmu indah diciptakan Mendamaikan hati yang memandangi Setiap kelok dan lekukan Yang memanjakan mata Tidurlah Anastasia disana Lupakanlah saja aku Meski tak pernah bertemu Setidaknya kau telah hadir dalam hidupku

Ketetapan hati

Aku berjalan kembali, Menyusuri kekosongan yang buta akan kabut. Hilang dan perlahan membumi. Dengan setiap jiwa-jiwa yang kalut. Aku mungkin tak hancur. Mungkin juga tak utuh. Tak berjalan mundur. Hanya bicara tentang jiwa yang luruh. Yang pergi, cepatlah berlalu. Yang singgah, tetaplah bersandar padaku. Aku tak ingin kembali. Tak ingin juga pergi. Aku hanya ingin menembus rasa-rasaku. Membuang jauh penat dan keluh. Lalu perlahan menjadi pribadi yang tak pernah mengenalmu.

Melafalkan namamu dalam diam

Jarak itu ga bersalah Cuma kitanya yang lemah Jarak memang kejam Membunuh perlahan rindu yang terpendam Rindu menuntut untuk tetap dekat Tapi jarak tidak setuju Lagi-lagi kalah sama pekatnya rindu Dan lagi-lagi terpejam kaku sendiri Tuhan, jika jarak memang kejam Tolonglah hati ini untuk tetap tenang Sebab, Engkau pasti tau mana yang terbaik Dan aku, hanya meminta padamu untuk jadi lebih baik Dan teruntuk dirinya, tolong jagalah raga nya agar bertemu di jalan yang Engkau pertemukan.

Seberapa pantas

Aku pernah melihat keraguan pada langit. Yang berwajah mendung namun tak hujan. Yang berkata ia cerah namun rintiknya jatuh perlahan. Membuatku ingin melihat mu bahwa kau sedang baik-baik saja. Tak apa, kadang aku juga perlu dibohongi, Oleh rasa yang tak ingin ku khawatirkan. Mungkin sudah sikapku terlalu melankolis. Hingga kau tak ingin aku larut dalam kesedihan. Namun sesekali jujurlah padaku. Aku ingin mendengar keluh kesahmu. Agar aku tahu bahwa aku memang orang yang pantas mendengarmu. Baik suara tawa ataupun tangismu, manisku.

Rindu yang tak kembali

Gambar
Waktuku terbuang Untuk menunggu seseorang yang Telah memilih hilang. Dulu kukira Semua akan kembali Baik-baik saja. Ternyata tidak. Seharusnya dulu Aku tak menunggu Seharusnya dulu Aku langsung berusaha Merelakan.

Karna kita bukanlah takdir

Pernah kita menjejaki masalah mengajak dansa setiap hinaan, Bertindak terlalu jauh, hingga memerintah kuasa takdir. Pertemuan malam itu, membuka luka lama yang hampir terobati. Mengenang, memaksa kita mengikat diri. Lalu bagaimana jika dulunya kita tidak pernah bertemu? Lalu bagaimana jika kita yang sekarang tidak memiliki takdir yang sama? Serpihan tanya yang mengisi penuh relung penasaran menuntun kita untuk mengerti, Apakah ini tuntunan garis kebetulan? Ataukah ini candaan waktu? Kita kembali bersimpuh di hadapan Pemilik Takdir Meminta terlalu banyak, menyesali terlalu jauh. Lalu bagaimana cerita ini jika kita mencintai orang yang salah? Lalu bagaimana cerita ini jika kita berdiri di atas takdir orang lain? Sabar kembali menjadi pilihan, yang datang di akhir masalah-masalah. Menyesali, hanya raungan jiwa yang hancur. Ranah yang terlalu ramai untuk hati yang terlalu sunyi Memaknai setiap inci dari fiksi yang sulit dimengerti. Aku kembalikan dirimu ke dal

Tiket perpisahan

Terikat dengan mimpi yang tidak ingin kita perjuangkan, bersujud dalam nurani insani. Setiap hari kita menyalahkan takdir, seakan kita telah berjuang mati-matian. Entah untuk apapun itu. Sampai aku menikah dengan seorang, dan kamu menikah dengan seorang, atau mungkin, sampai itu seterusnya. Dan di sinilah bagian terbaik dari pengelana asmara, dimana selamanya, kita akan saling mencintai dalam diam. Karena mungkin, jika kita yang menikah, kita akan menghabiskan hari dengan saling menyalahkan, lalu asmara terbunuh pelan-pelan. Dan satu-satunya yang akhirnya membuat kita tetap bertahan, adalah anak-anak kita. Dan sekarang, di sinilah kita berdiri, di tempat orang-orang yang merasa dikecewakan. Iya, aku seorang lelaki yang tidak pernah peka, dan kamu seorang wanita yang selalu memelihara gengsi. Terdiam, dalam sirat yang seharusnya tersurat, terhenti dalam kutukan seorang penakut. Setiap harinya kita berpura, seakan kita tidak pernah lebih buruk. Sampai aku menjadi diriku dengan yang l

Daya hancur kecewa

Satu hal yang tak pernah hilang dalam hidup ini adalah rasa kecewa. Apalagi rasa itu diberikan oleh seseorang yang kita anggap penting. Kecewa itu semakin dalam. Bagaimanapun kita punya pilihan. Jatuh ke lembah kecewa atau bangkit menangkap bahagia. Kecewa itu memang mudah. Setiap orang pun bisa merasakannya. Bahkan tanpa bersusah payah. Tapi kalau bahagia, itu berbeda. Karena ia kadang-kadang perlu perjuangan untuk mendapatkannya. Semakin hebat perjuangan seseorang, semakin hebat pula kebahagiaan yang ia dapatkan. Itulah sebabnya aku memilih untuk merebut kebahagiaan yang telah dicuri oleh kekecewaan. Menerima takdir adalah awalnya. Ikhlas memeluk kekecewa adalah kelanjutannya. Lalu pada akhirnya bahagia menjadi penutupnya.