Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2022

Sudah, pergilah.

Rasanya aku sudah tak tahu lagi apa yang harus ku tulis tentang kita. Untuk bahagia yang pernah ada, juga untuk janji masa depan yang pernah terucap. Sejak hari itu, kita tahu benar bahwa semua tak lagi sama. Meskipun raga masih acap kali berjumpa, tapi perasaan tak kuasa berdusta. Aku tahu, selama ini keberadaanku hanyalah menjadi penghalang menuju kehidupan yang kau mau. Ada kalanya aku merasa dibutuhkan dan dihiraukan, semuanya terasa ambigu. Aku tahu, kau sedang dalam keadaan bingung dan meragu. Dan di hari itu pula, aku sadar bahwa tak seharusnya duniamu terkena campur tanganku. Walau keraguan telah setia menuntunku, bodohnya aku terus mantap melaju. Tak ada lagi yang harus kita khawatirkan. Kau pun telah nyata memberi kepastian. Masih sangat membekas kenangan hari itu, di mana kau tak datang membawa segenap perasaan yang selalu kau lagukan. Dan aku pun tersadar, bahwa selama ini kita tak pernah satu tujuan. Bahkan kita malah saling berseteru di ujung lubang pesakitan. Miris bukan

Melewati jutaan nelangsa

Saat ini aku merasa sangat sendiri meskipun banyak yang menemani. Aku mengaku pada sang diri begitu nyaman dengan sepi, tapi nyatanya jiwa selalu meronta meminta bising pada kata yang terucap di waktu-waktu bersamaku denganmu. Semestinya kamu tau, aku tak pernah ingin menjadi sendiri. Berkutat dengan kesibukan dunia, menikam diri dari segala sisi. Belum lagi beberapa urusan yang sering kali membuat perih ulu hati. Pada saat ingatan terbayang tentangmu, jerit kian hadir sementara ragamu jauh terbentang entah kemana.  " Apakah kamu lelah menghadapi aku dengan sejuta mimpi dan ucapan memuakkan yang selalu aku ceritakan padamu dengan penuh ambisi ?" Tanyaku padamu. Sayangnya, kamu selalu menganggap diriku kurang. Apapun yang aku lakukan, kamu menatap dengan begitu perasaan benci. Perlahan-lahan gurat senyum hilang dari dalam diriku untukmu menyentuh kedalaman jiwa yang akhirnya menjatuhkan hujan air mata. Apa aku tidak cukup bagimu? Seharusnya aku menyerah dari dulu. Aku urungkan

Masih cinta

Sudah lama kita bersua T'lah lama kita menjalin cerita Indah terkadang, Namun juga penuh yang menghadang Aku akui, aku sedang menjalin cinta dengan seorang pria Namun, aku juga tidak bisa lupa akan parasmu Entah mengapa Kamu sosok pria yang begitu dekat denganku Kamu dekat denganku Tidak harus bertengkar karna jarak Tidak harus menunggu lama karna rasa rindu Aku ingin kamu jadi bagian dalam ceritaku Bukan! Bukan tentang pertemanan kita  Namun, ada hal yang lain yang mungkin masih tersisa antara kita Rasa aman, rasa damai, rasa ingin memiliki begitu kuat Arahnya selalu tertuju ke kamu Aku tau ini salah, tapi perasaan tidak bisa bohong Aku memiliki seorang pria saat ini, yang mencintaiku namun aku mengagumi teman dekatku sendiri Aku harap kamu masih memiliki rasa yang sama, seperti tahun-tahun sebelumnya Tuhan yang menentukan Kamu temanku selamanya atau cinta yang selama ini aku cari 

Apa aku bisa ?

Aku rasakan keindahan bulan Tapi aku hanya diam dalam lamunan Tapi tak bisa ada dalam peluknya Aku hanya bisa melihat hadirnya Tapi sekali lagi aku tak mampu di sampingnya Bahkan merasakan cinta darinya Mungkinkah aku akan dapatkan kembali hatimu? Hadir dan temanimu di setiap waktu Saat sang fajar kilau sampai bulan tersenyum Selamanya hatiku tertanam dalam jiwamu Kebahagiaan kan selalu aku hadirkan Dengan senyum yang tak terbatas Dan tak akan hilang untuk selamanya Sampai kapanpun di setiap waktuku untukmu Aku datang dengan ketulusan Aku datang dengan kesetiaan Yang akan terus aku genggam Dalam seribu waktuku 

Hilang

Sesak menjejak menumpu sajak Hancur berkeping, di hamparan beserakan Dipanggang matahari yang bengis  Membakar semua yang dinanti Bunga layu pada musim kemarau nan panjang Pegang erat ruas jemari Aku mengeja puisi, untukmu bidadari  Melodi patah hati menyesakkan setiap rongga dada Hilang kenyamanan seisi kota fatamorgana Lepas segala tuntutan yang mengekang bagimu Hanya jiwa yang pasrah pada sebaris serapah Jatuh tersungkur di tanah, hujan datang menghampiri Ia menyerah kalah, pada kisah yang terindah Aku berjalan pada tanah lapang Kabarnya mulai hilang dengan gampang  Kamu riang di luar ruangan Sedangkan aku, meradang  

Ia yang mengetahui tentangku

Kilas balik dalam kurun waktu singkat Aku terpana bahwa ia mengetahui tentangku lebih banyak dari orang sekitarku Aneh bukan, padahal kita telah lama meninggalkan rasa Tapi ada saja yang membuat cerita penuh suka cita Ia yang terdekat tak kalah mempesona Ia juga mengenalku cukup baik Hanya saja, selalu ada saja amarah diantara perjalanan kita saat ini Aku mencintai kamu saat ini, aku katakan sekali lagi aku mencintai kamu Apa aku merasa bahagia saat ini? Jawabannya pun belum diketahui Kadang kita selalu memberikan belati Sampai terus menerus terkikis perihal hati Apa kita bukan pasangan sejati? Atau kita hanya sebuah peti mati Yang diam-diam akan di tinggal pergi Seorang diri Ia yang mengetahui tentangku Hanya kenangan panjang yang telah kusimpan di balik jar Aku tidak lagi menaruh hati Tapi ia yang mengetahui tentangku Teman terbaik dalam hidupku