Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Usai

"Perihal untuk dicintai, aku tidak pernah memikirkannya. Terpenting aku dan hati ini, selama masih betah dan nyaman untuk terus berharap, aku akan terus disitu. Entah bagaimana dengan dirinya kepadaku; itu urusannya. Membayangkan terasa bahagianya untuk mencintai seseorang. Sangat bahagia. Namun, ada kadang kalanya menunggu dipersimpangan jalan cukup meletihkan. Kebimbangan teramat menguasai arena permainan hati. Logika senantiasa bergejolak ingin memilikimu meski hati sudah menjelaskan ribuan kali untuk menurunkan kadar egois. Lelah; kata kerja yang tepat untuk mengekspresikan semuanya. Dalam hal mencintai, sebenarnya aku bukanlah pakarnya; dimana aku hanya akan diam disitu untuk beberapa saat, sampai akhirnya mengibarkan bendera hitam tanda menyerah. Menyerah bukanlah pertanda sebuah kekecewaan. Hanya waktu aku untuk mencintaimu telah selesai.”

even being with you is the longest time I have

Saya mau menjadi apa apa yang bisa membuatmu ingin lebih lama. Bahkan lebih lama dari selamanya. Jika kamu tanya harus berapa lama kita bersama. Jawaban nya ada di baris ketiga paragraf pertama. Dan kamu harus paham, bahwa bersamamu; aku sangat membenci judul kalimat ini.

7:26

Ingin aku kecup satu persatu namun tak sempat; tulisan-tulisan dari percakapan kita yang telah lalu. Lalu ada jeda yang tabu. Ada diam yang beku. Kau mendingin, aku menggigil. Sungguh sepakat rasanya jika rindu kau campur dengan sesak. Terpesonanya aku pada sekarat. Lantas aku mulai menghitung mundur detak-detak namamu yang masih bernyawa di sebuah tempat. Tempat paling rahasia; hanya aku dan Tuhan yang tahu. Kalau begini caramu menghilangkan jejak dengan sengaja, tak mengapa. Tapi biarkan sajak-sajakku menghapus ceritamu. Mengingat bagaimana caraku pertama kali jatuh cinta, Mengingat bagaimana caraku marah, cemburu dan tertawa lepas bersamamu. Lalu saat ruang tak lagi terisi olehmu. Aku biarkan doa-doaku merawat luka dan menjagamu di sana agar baik-baik saja.

The last

Aku adalah sosok bayangmu Tak bisa kau gapai, tapi selalu ada di belakangmu Mungkin bukan diriku Tapi ingatanku yang tak pernah berlalu Kita tak pernah saling menyapa Namaku saja kau melupai-Nya Namun senyummu seakan berisyarat tentangku segala yang kau ketahui Aku baik mengenalmu Aku selalu mencari tau Ya, itu aku Yang tak lepas sedetikpun atas namamu Aku rela membuang ribuan tahun untuk satu hari yang berharga itu Biarlah semua waktu membunuh bahkan diriku membenciku Aku tidak akan pernah mati walau kau tak pernah tahu siapa yang membunuhku Untukmu Bahkan jika esok bertemu Biarkan aku berdarah, terluka hanya untuk mendapati kau tersenyum padaku