Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2022

Karena kamu, istimewa

Aku rasa wajar Bilamana kamu jadi tempat aku belajar Tentang sebentuk cinta tanpa syarat Dan rindu yang takkan pernah berkarat  Kamu bilang kamu hanya wanita biasa Dengan anugerah yang luar biasa Aku aminkan paling serius sebab semua begitu nyata adanya Betapa pesona dunia jadi milikmu Tetaplah selalu menjadi yang memberikan kenyamanan Bukan karna kamu punya segalanya Bukan karena kamu impian setiap pria Tapi karena hatimu telah aku temukan makna dari kata pulang Andai kamupun tidak mempunyai apa-apa Kamu akan tetap milik aku sepenuhnya Yang aku genggam sampai akhir hayat Karena kamu cintaku tak pernah tersayat 

Mantan

Hi apa kabar? Kamu yang pernah mengajarkan aku caranya untuk menahan rasa marah Saling menguatkan saat berjuang Dan berdialog tentang rindu Hi apa kabar? Kamu yang kini terasa amat jauh dariku Rindu kita sudah lama menemui ujungnya. Juga ribuan waktu tenaga dan rasa yang lenyap termakan masa Hi apa kabar? Kamu yang kini entah dengan siapa atau tidak bersama dengan siapa-siapa. Aku bersyukur, karna pernah berbagi cerita dan gelak tawa bersama kamu. Entah ada dia sekarang atau nanti di hidupmu semoga mampu mencintaimu dengan sempurna. Aku turut berbahagia. Hi apa kabar? Aku pamit. Takkan ada lagi cerita kita.  

Laki-laki kehilangan baitnya

Akhir-akhir ini Jakarta sering di guyur hujan. Di tengah pusat kota begitu deras. Hingga pukul sembilan malam hujan reda. Apa dikotamu sama? Di kotaku begitu keras gunturnya tak seperti biasa. Indraku di kepung aroma karat. Aku yakin kamu paham maksudku. Sesuatu yang dibiarkan terlalu lama, kadang memang berujung sesak di dada. Hi, perihal pertemuan jangan kamu tanyakan kenapa. Bukankah pernah aku katakan, perjumpaan adalah perpisahan yang tertunda atau takdir-takdir yang dapat diubah oleh doa. Dan kini, saat kamu memilih pergi sebagai hadiah terindah. Maka aku hanya mampu memanjatkan doa yang terbaik dalam perjalananmu untuk juga setiap tawa canda dan resahmu. Walau pada akhirnya aku masih tetap meyakini meninggalkan dan ditinggalkan sama-sama berakhir dengan luka.  

Memilih pergi

Jika sedikit saja kamu mampu menghargai keberadaanku, mungkin kamu kini masih aku perjuangkan. Kamu adalah manusia favoritku, tempat aku bercerita keluh kesah, dan jemunya kegiatanku, kopi di pagi hariku, dunia dalam duniaku, jingga dalam senjaku. Namun segila apapun aku memujamu, aku tidak lagi pernah menyentuh hatimu dan menjadi bagian dari duniamu. Setiap senti luka yang kamu beri membuat otakku memaki hati. Aku tidak tau alasan apa yang membuatku begitu keras kepala kemarin meyakinkan kamu akan membalas rasa. Sedangkan kamu bersikukuh dengan tega membungkus kata dalam tanda tanya. Aku tidak pernah mengerti, kamu menggenggam tapi tidak menuntun, memiliki namun tidak merasai. Kamu mungkin lupa, bahwa kamu dicintai pria biasa, yang juga memiliki impian untuk di cinta. Aku pikir aku masih bisa bertahan dalam alasanmu dan ketidakpedulianmu, namun sampai aku berharap pelangi di malam hari.  Bukankah setiap orang harus memiliki titik henti? Ataupun kesadaran untuk tau kapan ia harus beris

Setia waktuku

Aku tidak bisa memilih Bagaimana caranya aku melangkah Kenapa aku terjerat dalam dua cinta Pilihan-Nya adalah yang terbaik Dia baik dan dia pun baik Tak ada yang menyimpang dari cinta sejati Aku bimbang dalam hal ini Keduanya memberi cahaya terang dalam hidupku Selalu bertukar canda dan gelak tawa antara keduanya Aku mencintai yang satu Tapi bagaimana aku melepas teman yang cintaiku dengan ketulusan? Aku hanya ingin tau bagaimana aku mengambil sikap Aku ingin bercanda dengan keduanya tanpa ada api cemburu Aku bahagia dengan yang satu Aku juga nyaman dengan pribadi yang lain Berikan yang terbaik untuk diriku Berharap semua berjalan semestinya Karna ku tak ingin menyakiti keduanya Dan bisa berbagi cinta hanya dengan satu cahaya Satu bintang buatku cukup untuk segalanya 

if you love somebody, gotta set them free

" Merelakan " Aku melihat kesungguhanmu Kemudian aku menjadi kalut karnamu Baru sebentar rasanya, kemudian kamu menyudahinya Ada tidak nyaman yang kurasa Kamu seolah menutup telinga tentang perasaan orang lain Kamu melakukan yang menurutmu benar saja Kemudian aku merasa tidak adil dan kecewa Hilanglah sudah yang kurasa padamu Hanya ingin biasa saja Beginilah jalannya Mungkin kita memang tidak ditakdirkan seiring Ada perbedaan cara kita yang kemudian menyakitkan Untuk apa bertahan dan terus menutupi Ini bisa menjadi petaka  Dan kita juga akan terus tersakiti Aku cukup mengerti Aku relakan kamu pergi, jauh Biar doa yang mengiringimu Kamu dan aku hanya teman cerita Jangan membenci Mari kita mengirim cerita Karna kita pernah saling memberi bahagia