Treasure

Aku terlalu mencintaimu, aku mudah gamblang dalam guyonan kecil mu. Ternyata terlalu mencintai juga bukan sesuatu yang baik, karna pada dasarnya memang mencintai sesuai kadar nya aja. Tapi sebagian orang mempercayai akan hal ini, kalau cinta bisa mengubah pikiran yang kaku. Aku pernah mencintai seseorang pada masa remaja dulu, cinta yang aku korbankan selama 4 tahun sirna dengan kata " bosan " . Setelah dari situ aku menyadari kalau memang ada pepatah mengatakan, " cinta tidak harus memiliki " . Aku berkelana menemukan sesuatu yang aku cari, syukur-syukur kalau menemukan hati tapi dari satu kota ke kota lainnya hanya cerita yang aku temukan. Aku cuma ditemani dengan buku catatan sepanjang perjalananku. Aku bercerita bagaimana aku bertemu dengan orang yang berbeda sampai pada akhirnya perjalanan menuntun ku ke titik ini. Titik yang aku rasa aku harus bisa menjadi seseorang yang istimewa, menjadi seseorang yang baik dimata dirinya, menjadi seseorang yang lebih mapan dari sebelumnya. Akhirnya aku berhasil bertemu seseorang yang bisa membuatku berpikir betapa lelahnya mencintai lalu disakiti. Dia bilang, " sudah siapkah kamu mencintai aku dengan anakku? Aku lelah mencintai lalu disakiti, aku lelah dengan semua bualan pria yang bilang akan serius padaku. Aku tanya padamu sekali lagi, siapkah kamu, kasih? "

Aku sesosok pria yang cuma bisa menulis dengan segala bakat yang aku punya, tidak semapan pria di luar sana. Tapi aku percaya, kalau dengan hal ini aku bisa menghidupi keluarga kecilku nanti. Aku ditinggalkan oleh ketidaksabaran manusia lain nya pada saat remaja, pada saat dimana aku sedang memproses semuanya. Jika cinta, kenapa tidak mau menunggu dan sabar? Jika cinta, kenapa harus pergi?.

Ketika perempuan itu melontarkan pertanyaan yang bisa membuatnya lega akan jawaban dariku. Aku hanya mengatakan, " aku siap menjalani semuanya dengan kamu, serta manusia mungil yang tertidur di anyaman bambu itu. Aku sudah merasakan pahitnya disakiti, aku sudah melewati semuanya, tapi pada tahap ini aku baru menemukan nya. Aku baru menemukan seseorang yang bisa membuatku berpikir keras dari biasanya. Aku belum terlalu mapan, aku hanya penulis biasa yang berkelana mencari ide untuk penulisanku selanjutnya. Tapi rasa sayangku besar padamu, rasa memiliki mu dan manusia mungil itu sudah menjadi tantangan bagiku. Akan tetapi, tunggu. Aku sedang membangun pondasi untuk rumah kecil kita dari apa yang aku kerjakan. Orang tuamu sudah berbaik hati padaku, mengizinkan aku berkenalan denganmu. Aku sangat tersanjung. Perempuan itu berkata lagi, " bagaimana dengan ibumu? Bisakah dia menerima aku sekaligus manusia mungil itu?" Tertegun hatiku, bahwa aku belum mengatakan pada orangtua ku mengenai aku menemukan kekasih yang aku cintai ini. Terlebih lagi, manusia mungil ini bukan darah dagingku.

Aku berbicara padanya, " kasih, aku akan berbicara pada orangtuaku mengenai kita. Aku akan meyakinkan mereka bahwa kamu memang pantas untuk diterima di keluarga ku. Dan kamu tidak perlu khawatir, aku akan memikul semua beban ini. Aku meminta kamu bersabar dulu, berdoa pada sang kuasa jika jalan nya memang diperuntukkan untuk kita bersama pasti mudah, dan jika tidak, setidaknya aku sudah berusaha menjadi apa yang terbaik untuk kamu dan manusia mungil itu. Jangan berpaling dariku cuma karna ini, kita sudah berjanji bukan bahwa setiap masalah harus diselesaikan dengan baik-baik.

Entah bagaimana akhirnya, aku tetap menjalani dengan nya. Aku akan berbicara pada orangtuaku dalam waktu dekat. Tunggu dirumah kecilmu itu, aku akan datang dengan segala rasa bangga karna sudah meminangmu nanti. Tunggu, bersabarlah, berdoalah, maka semuanya akan indah. Percayalah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudihkah berteman (?)

Kamu yang tak bersemayam