Persona rasa

Apa kamu mendengarku di sini, wahai wanitaku? Mendengar rintihan hati yang kian menjerit lantaran jiwa kembali tersiksa oleh rindu menggebu. Asal kamu baik-baik saja itu sudah cukup untukku.


Apa kamu tau hari ini apa yang kulakukan? Tentu saja jawabanya pasti tidak karena kita kini tengah terpisah oleh jarak dan keadaan yang menyiksa hati, pikiran. Sesuatu memakasa jariku terus menari untuk merangkai diksi sepi ini hanya untuk kenangan yang menyenangkan sekaligus menyakitkan.


Aku hanya ingin jujur, pada hatimu telah aku temukan makna dari kata pulang. Tempat yang ingin aku datangi, mengetuknya lalu memaksukinya dengan penuh rasa bahagia, menutupnya dengan kamu yang berjalan beriringan denganku, menikmati panorama citarasa aksara semesta, taburan bunga mewangi, semerbak angin yang telah menemukan jalannya . Untukmu tetaplah jadi wanita baik dan jagalah dirimu dengan penuh cinta, bersama hati yang senantiasa terpelihara, karena pada hatimu pulangku untuk kembali dan pada dirimu ialah rumah untuk aku menetap.


Mungkin dengan menghafal jutaan diksi untuk merangkai kata mampu membuaku sedikit merasa kamu hadir di sini seperti kemarin.

Membuatku tidak terlalu manis, dan juga tidak terlalu pahit.


Karena manisnya cukup dengan senyumu dan pahitnya kini aku nikmati tanpamu. Memang tidak lucu sama sekali, apalagi bisa membuat tertawa. Setidaknya tulisan ini mampu mewakili rindu terpatri.


Rindu telah meyeretku mendekat padamu sedangkan waktu bercanda memisahkan kita yang tidak lagi bersama. Apa kamu bahagia hari ini? Begitu juga pertanyaan itu untuk diriku sendiri.


Aku rela meneteskan air mata darah asal hatiku ini bisa bersemayam dalam jiwamu. Sebab mencintaimu adalah kerelaanku.


Apapun keadaanmu saat ini, aku masih tetap sama. Aku tidak akan berhenti mencintamu walaupun musim telah berlalu dan di halaman yang berbeda. Karena hati bukanlah panggung sandiwara yang bisa dimanipulasi. Terkadang semesta kelewatan untuk bercandanya. 


Salah satu yang mampu membuat sedikit lega adalah dengan menulis. Sebab menulis adalah cara terindah melukis kenangan menyebalkan lagi menyakitkan namun mengasikan.


Mencintamu tidak butuh alasan dan keinginan apapun. Sebab cinta tidak terlahir dari paksa. Ia hanya akan mengalir menuju telaga bening kenikmatan yang menyakitkan dan kesabaran pahit yang menyenangkan.


Sampai bertemu di kesempatan berikutnya, sayang. Miss you❤️ 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudihkah berteman (?)

Kamu yang tak bersemayam