Prosa

Katakan kepada hidupku, tentang cinta yang menyatukan langit dan bumi. Katakanlah kepadaku, wahai kekasih. Saat jiwamu bersemayam dalam jiwaku. Maka hidupku adalah jiwa yang mabuk dan terpesona dengan pijar di matamu. Akulah yang melihatmu dalam pijar langit dan bumi. Yang mengajariku bahwa cinta adalah kenyataan yang memenuhi rona-rona bahagia, begitupula mencintaimu adalah sebuah ketetapan. 


Katakanlah kekasih, tentang cinta yang menyatukan langit dan bumi. Di saat langit mengenggam jiwaku, awan pekat hitam tanpa diundang, aku terkadang cemburu pada cerita cintamu yang lain. Biarkan aku berpacu dengan jalan, waktu, dan takdir. Dan janganlah bulan menjauhiku jika malam aku melukismu. Yah, cinta adalah kematian sekaligus kehidupan. Kematiannya seperti para pemabuk yang tidak sadarkan diri, berjalan dalam sunyi malam, mengigau di lorong-lorong kota, menjeritkan ketidaktahuan dan kegelisahan.

Cinta yang membunuh kesadaran, merampas jiwa menjadi budak-budak cinta. Seperti halnya aku padamu saat ini.


Namun hati kembali berseri, ketika purnama demi purnama kita lalui. Bersama dalam satu rasa, satu asa dan satu singgasana kala bersua, Cinta. Lihatlah, bias-bias cahayanya yang menggaris lalu menggores awan-awan hitam menjadi indah lukisan alam. Menjemput kita dari angkasa maya, dan menuntun kita pada nyata samudera, Cinta. Lihatlah, perahu cinta yang menanti di dermaga hati kita. Layarnya yang putih itu melambai-lambai. Begitu ceria ketika tertiup lembut dan sejuknya angin ketulusan. Pun riak ombak dan segala habitatnya turut pula bertasbih, seiring kita yang semakin fasih melafalkan suci doa dari ayat-ayatNya. Mari, kita arungi luasnya samudera dengan segenap irama gelombang-gelombang asmara. Nikmati segala keindahannya tanpa lupa akan badai dan gelora yang mungkin saja kembali melanda perjalanan kita. Dan doa adalah pengiringnya hingga tiba kita pada satu muara, satu dermaga, satu atap. 


Wanita yang kucintai saat ini dan selamanya, " Wahai Tuhan pemilik cinta sejati, jagalah cinta yang bersemayam dalam hati kami. Yang kami bina hingga purnama cinta kami yang bercahaya ini. Ijinkan kami terus menatap indah purnama-Mu itu, dan biarkan kami menyimpan-nya tuk terangi hati dan jiwa kami. Tuntun dan bimbinglah kami agar senantiasa berjalan dalam satu cinta, seiring jalan menuju cinta-Mu itu. Jadikanlah ia yang kucinta, mengisi singgasana hatiku yang sedari dulu kosong ini. Jadikanlah ia yang kucinta, sebagai yang terakhir dalam perjalanan cintaku di dunia. Jadikanlah ia sebagai jawaban dari permintaan hati ini, setelah sekian kali kumencari hati di antara hati, karena dengan hati-hati pun, luka kerap kujumpai. Jadikanlah ia yang kucinta, sebagai pengobat luka-luka yang telah terpatri.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudihkah berteman (?)

Kamu yang tak bersemayam