Ruang ( teman )

Tokoh: 

Gantari

Gentala 


Ini tidak adil.

Ini benar-benar tidak adil

Sudah seharusnya Gantari dan Gentala memang berhenti bertemu, terlebih lagi Gantari sering bercengkrama dengan Gentala. Namun sialnya, Gantari dalam satu ruang lingkup dengan Gentala. Dan itu perlahan membunuh Gantari.


Di setiap Gantari mencoba tak lagi menyapanya karna tak mau jatuh cinta sendirian, Gentala selalu mencoba ribuan cara agar bisa mendekat pada Gantari. Bertanya kepada teman Gantari, mencari tahu kabar, membuat Gantari seolah dibutuhkan dalam suatu waktu. 


Jika Gantari memperlakukannya seperti halnya Gantari melakukan kepada orang lain, Gentala akan marah. Jika Gantari tidak memberitahukan kabarnya, Gentala juga akan cemberut, jika Gantari tidak hadir ia akan meminta, ia akan marah dari subuh hingga senja. Ia juga cemburu ketika Gantari hanya bertemu dengan laki-laki lain yang bukan dirinya padahal hanya teman mainnya. 


Gentala bukan kekasihku,

Namun kami juga bukan sekedar teman biasa. 


Kadang aku suka bertanya, kita ini apa? Mau kita bagaimana? Gentala selalu tidak memberi jawaban. Di setiap Gantari mencari cara untuk mengetahui hubungan ini seperti apa, Gentala selalu menarik Gantari ke awal yang tanpa tujuan. 


Ini tidak adil !

Benar-benar tidak adil !!

Aku mencintainya, dan itu membunuhku. 


Setiap Gantari ingin pergi, Gentala selalu meyakinkan kalau Gantari adalah orang yang selalu hadir di kepalanya.


Ketika Gantari mulai mencoba mendekatkan diri dengan orang lain, Gentala seperti manusia yang di bakar api cemburu bertingkah layaknya kita adalah sepasang kekasih yang mempunyai cerita bahagia. Setiap Gantari menutup pintunya rapat-rapat Gentala hadir dengan membukakan kembali dengan wajah yang tak bersalah.


Ia bahkan pernah dengan jelas-jelas merencanakan tentang kehidupan kami berdua di masa depan jika kami berada dalam satu hubungan yang resmi.


Kita bukan sepasang kekasih. 

Gentala tak pernah mengikatku, mengatakan juga tidak pernah. Namun hubungan ini cuma memindahkan tali di kakiku menjadi di leherku. Gantari seperti orang terkekang tidak bisa leluasa. Semakin Gantari memberontak, semakin Gantari mati dibuatnya. 


Kita berdua seperti sahabat baik, 

Gantari mencintai dengan sangat,

Tapi di hatinya; Gantari tak lebih dari sekedar satu dari sekian banyak. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudihkah berteman (?)

Kamu yang tak bersemayam